Jumat, 20 Juni 2008

foto hadiah blog




bang syoim hadiah untuk ilpk berikutnya yang bagus2 lagi ya kyk gini. he3x...

Kamis, 19 Juni 2008

ucapan terima kasih


kepada bang syoim saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah memberikan ilmunya dan juga hadiah yang tidak dapat saya lupakan terima kasih sekali lagi bang syoim

Kamis, 05 Juni 2008

berikut adalah foto 2 dari perjalanan ke kubar coy
















Gambar 2 Gambar 1

Pada gambar 1 kita bisa melihat teman-teman kita sedang melakukan aktivitas di dalam kapal sambil menunggu tugas yang menanti. wah2x.. pada lutu2 temuana. he3x...
si danang lagi ngapain tuh, eh ada yang pis lagi. keren juga neh.

Nah di gambar berikutnya si sylvester lagi ngeliat apa ya? he3x...

Gambar 3
Nah gambar ke3 ini merupakan gambaran tentang keindahan alam di wilayah kutai barat yaitu Batu Dinding yang merupakan tempat terindah yang pernah kami temui.

Mungkin sekian dulu dah kita postingnya dan yang pasti kita akan uodate terus datanya okay.

Senin, 21 April 2008

lahan gambut yang terbakar

Setiap tahun jutaan orang di Asia Tenggara menderita akibat polusi
asap yang menyesakkan. Polusi asap menjadi penyebab dari
sepertiga dari kerugian ekonomi total akibat kebakaran hutan pada
tahun 1997/98 yang mencapai 800 juta US$. Secara politis, polusi
asap lintas-batas yang merugikan negara-negara tetangga telah
menjadi isu yang sangat kontroversial.
Data-data dan penelitian yang baru menunjukkan bahwa 60% dari
polusi asap di Indonesia, termasuk emisi karbon, berasal dari
kebakaran di lahan-lahan gambut yang menutupi hanya 10-14%
dari daratan Indonesia. Karena itu, mencegah terbakarnya lahanlahan
gambut tersebut akan sangat mengurangi polusi asap.
Pencegahan kebakaran menjadi semakin penting karena
pemadaman kebakaran di lahan gambut sangat problematis. Cara
terbaik untuk mencegah kebakaran di lahan gambut adalah dengan
cara mengkonservasi lahan tersebut dalam keadaan alaminya
karena (setelah terbakar) mereka tidak dapat direhabilitasi dan
kondisi alaminya yang ‘tahan api’ tidak dapat diciptakan kembali.
Tulisan ini akan meninjau masalah api/kebakaran dan
pengelolaannya di lahan-lahan gambut untuk mengurangi polusi
asap dan sekaligus untuk mengkonservasi lahan-lahan gambut yang
merupakan suatu ekosistem yang langka.
MENGAPA LAHAN GAMBUT TERBAKAR?
Lahan-lahan gambut yang digenangi air tidak
terbakar secara alami, kecuali pada tahuntahun
yang luar biasa keringnya. Hal ini
ditunjukkan secara tragis selama terjadinya
perang Vietnam, dimana hutan-hutan rawa
gambut disemprot oleh bahan-bahan kimia dan
dibakar oleh bom napalm. Kebakarankebakaran
yang terjadi kemudian di’tahan’ oleh
rawa-rawa gambut alami yang basah.
Walaupun tanahnya miskin hara dan sangat
sulit digunakan untuk usaha pertanian skala
besar, namun semakin banyak kawasankawasan
gambut yang dibalak dan dikeringkan.
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan ini, di
kawasan-kawasan tersebut digali kanal-kanal
untuk mengeringkannya, menyediakan akses
untuk pembalakan, dan untuk meyiapkan lahan
bagi usaha-usaha pertanian. Langkah pertama
ini bermasalah karena mengakibatkan turunnya
permukaan air tanah dan menghilangkan air di
permukaan tanah. Irigasi/pengairan di lahanlahan
pertanian sekitarnya juga dapat
menyebabkan turunnya permukaan air tanah.
Setelah kering, maka gambut akan kehilangan
sifat-sifat alaminya yang seperti spon dan
dengan demikian juga kemampuannya untuk
mengatur keluar-masuknya air. Lahan-lahan
gambut yang kering secara tidak alami sangat
mudah menjadi kering. Kebakaran, baik yang
disengaja maupun tidak, akan diikuti dengan
kerusakan dan kerugian yang proporsional
terhadap kegiatan manusia dan tingkat
gangguan yang terjadi.
Kanal-kanal yang digali memberikan akses
terhadap kawasan-kawasan gambut yang dulu
tidak tersentuh. Meningkatnya akses manusia
memungkinkan terjadinya kebakaran dan
kegiatan pembalakan, yang akan mengganggu
keseimbangan alami dari ekosistem rawagambut.
Beberapa kegiatan-kegiatan
tradisional, seperti sistem budidaya padi sonor
(dimana padi ditanam di lahan-lahan gambut
yang sengaja dibakar pada musim kemarau)
dan penangkapan ikan (dimana para nelayan
menggunakan api untuk menciptakan akses
yang lebih baik dan memperbaiki habitat ikan)
juga merupakan sumber kebakaran di
kawasan-kawasan gambut. Sehubungan
dengan hal ini, risiko kebakaran gambut adalah
tinggi karena penangkapan ikan dan budidaya
padi sonor sangat penting bagi masyarakat
lokal di tahun-tahun yang kering.

lahan gambut yang terbakar

Jumat, 04 April 2008

kebakaran hutan

Kalimantan Timur merupakan salah satu propinsi yang cukup melimpah dengan sumber daya alamnya, baik yang terdapat di permukaan maupun yang terkandung di dalamnya, dari hulu sampai ke hilir cukup banyak potensi alam yang dapat di gali demikian juga dari darat hingga ke laut.

Sektor yang cukup banyak di sentuh untuk wilayah Kaltim masih terfokus pada hasil alam dari hutan dan tambang, untuk potensi wisata masih belum banyak disentuh dengan pengelolaan yang dapat diandalkan dalam menunjang pemasukan negara melalui daerah.

Sampai saat ini di Kaltim terdapat 78 Hak Pengusahaan Hutan/HPH termasuk PT Inhutani I dan II dengan luas kawasan yang telah dikelola 10.319.025 ha. Luasan ini merupakan setengah dari luas seluruh Kaltim, menurut TGHK 21.144.000 Ha sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian No. 24/Kpts/Um/1983 tanggal 15 Januari 1983. Luasan ini akan lebih kecil lagi jika dimasukkan dengan luasan yang dikelola untuk sektor pertambangan, perkebunan, pertambakan dan lainnya.

Melihat dari angka jumlah perusahaan yang memiliki izin dalam pemanfaatan lahan tersebut, tentunya sudah dapat diestimasikan bahwa pendapatan negara melalui daerah cukup besar yang diberikan oleh Propinsi Kaltim. Tentunya dalam pengambilan atau pengelolaan wilayah hutan atau lainnya ini harus seimbang dengan potensi yang dieksploitasi. Sehingga proses kelestarian alam yang ada tersebut akan dapat dimanfaatkan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang lestari (Sustainable Development).

Kebakaran adalah fenomena lain yang melingkupi perjalanan pengelolaan hutan di Kaltim. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kebakaran hutan, antara lain: pertama, pengaruh alam. Faktor alam yang merupakan salah satu penunjang dapat terjadinya kebakaran hutan dan lahan di suatu tempat salah satunya adalah cuaca atau iklim, kemudian jenis vegetasi, bahan bakar, dan kerapatan tanaman. Faktor cuaca atau iklim biasanya dapat diramalkan setiap kurun waktu tertentu secara teratur, sehingga kita memiliki kesempatan sedini mungkin untuk dapat mengantisipasi hal itu.

Demikian juga halnya dengan jenis vegetasi, bahan bakar dan kerapatan tanaman untuk jenis hutan tropis terjadi proses siklus makanan yang tetap, dimana jika kondisi stabil tanpa ada kegiatan penebangan maka proses dekomposisi dapat berjalan dengan normal sehingga serasah, ranting dan lainnya mengalami proses pembusukan alami untuk sumber makanan kembali bagi tanaman. Sehingga tingkat kerawanan kebakaran pada hutan tropis sangat kecil sekali.

Kedua, Aktivitas manusia. Berbagai aktivitas manusia dalam pengelolaan SDA pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta tanpa mengabaikan nilai-nilai lingkungan tetapi setelah melihat hasil yang ada sekarang ternyata gambaran yang kita harapkan itu sangat jauh menyimpang dari kenyataan, dimana setelah selesai aktivitas suatu perusahaan dari Timber Company atau Mining Company.

Faktor manusia dalam hal ini yang lebih dominan dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan, seperti kegiatan pembakaran untuk kepentingan tertentu misalnya: kegiatan pembersihan lahan (land clearing), penguasaan lahan (land use conflict) atau sebagai pelampiasan kekecewaan terhadap pihak tertentu (arson).

Beberapa kasus lain dapat kita lihat dari system pengelolaan pengusahaan hutan (HPH) dimana pada kegiatan penebangan kayu di hutan setiap pemanenan 83 m kubik kayu maka sampah yang tertinggal sebanyak 30 m kubik, maka sampah ini merupakan bahan bakar yang sangat rentan potensi terjadinya kebakaran selain lokasi itu juga menjadi terbuka penutupan tajuknya sehingga tingkat kekeringan karena sinar matahari langsung menembus lantai hutan. Potensi kerusakan lainnya jika kegiatan penebangan/pembalakan ini dilakukan maka 25,2% tanaman bukan sasaran menjadi rusak, dan 23,2% tanaman lain akan mati serta 29,9% rusak saat penyaratan kayu keluar dari hutan.

Kegiatan lain yang dapat menunjang kebakaran selain aktivitas dari perusahaan juga kegiatan penebangan liar (illegal logging) yang memasok kayu bulat ke industri yang mengelola hasil hutan. Hal ini dapat dilihat dari data statistik Departemen Kehutanan dan Perkebunan permintaan kayu tahun tahun 1997/1998, sebanyak 84,140 juta m kubik dan kemampuan dari penyediaan kayu hanya 51,5 juta m kubik sedangkan kapasitas bersih industri yang terpasang adalah 79,109 juta m kubik, sehingga kekurangan jumlah kayu bulat yang dibutuhkan sebanyak 32,6 juta m kubik, untuk memenuhi itu maka diperoleh dari kegiatan penebangan liar yang dilakukan pada hutan yang telah dikelola oleh perusahaan atau hutan untuk perlindungan seperti Hutan lindung atau Taman Nasional.

Perladangan berpindah (slash and burn system) yang dilakukan oleh suku pendatang di beberapa daerah tertentu, dimana mereka tidak memiliki system pertanian yang benar-benar memiliki wawasan dan pengetahuan asli terhadap kelanjutan proses perkembangan alam dan lingkungan seperti yang dilakukan oleh suku-suku tradisional. Selain itu juga motivasi mereka jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh masyarakat asli. Sebagai contoh masyarakat pendatang mengusahakan suatu lahan pertama sekali selain untuk kebutuhan ekonomi juga ingin menguasai lahan dan pada tahap berikutnya mengelolanya untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan system yang berkelanjutan (sustainable). Sebuah contoh masalah yang banyak terdapat di Kalimantan Timur, adalah perambahan terhadap wilayah kawasan Hutan Lindung.

Perburuan yang dilakukan saat musim kemarau ditambah lagi datangnya krisis ekonomi pada tahun 1998-1999, biasa orang menggunakan api dalam proses penangkapan binatang buruannya, salah satunya kegiatan perburuan kura-kura dan labi-labi di hulu Mahakam, saat terjadi kemarau panjang pada tahun 1997-1998. Dimana para pemburu kura-kura atau labi-labi ini menggunakan api atau pembakaran pada hutan-hutan rawa yang terdapat di sekitar danau Jempang, danau Semayang dan Melintang, untuk menangkap binatang buruannya.

Dari semua persoalan di atas, solusi dalam antisipasi masalah kebakaran hutan perlu dilakukan secara tepat. Ditinjau dari beberapa aspek yang dapat menyebabkan kebakaran hutan tersebut, sangat jelas sekali terlihat adanya dorongan ekonomi, dimana seseorang atau sekelompok orang yang berusaha memenuhi tuntutan hidupnya dengan berbagai praktek tertentu untuk menguasai lahan atau pengelolaan lahan baik yang secara langsung mendapatkan izin atau tidak, untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Sehingga kurang memperhatikan aspek atau konsep-konsep yang ramah lingkungan. Semua itu terlihat dari kegiatan pengusahaan hutan, penebangan liar hingga perburuan dan perladangan dari sekelompok masyarakat tertentu yang menguasai lahan atau pada lokasi tertentu dalam kawasan hutan atau lingkungan secara lebih luas.

Dalam mengantisipasi dan mengurangi kerusakan hutan dan lingkungan pada umumnya, maka perlu tindak nyata pada semua pihak terkait/stakeholder secara jelas, pasti dan cepat sehingga degradasi lingkungan dan hutan dapat diatasi. Hal ini dapat melalui jalan pendekatan dengan berbagai metode pada semua pelaku peran baik dari lembaga pemerintah sebagai pihak yang merupakan produk izin, pengusaha yang bergerak dalam kegiatan ini, masyarakat sebagai peran lainnya dan pihak-pihak pengamat yang membantu meluruskan adanya kekeliruan dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat baik lokal maupun internasional, perguruan tinggi dan sebagainya.

Sebagai contoh dalam hal ini pemerintah sebagai produk izin dalam pengelolaan SDA baik oleh sektor swasta atau kerjasama pemerintah lebih ketat lagi dalam pengawasannya sehingga pihak yang mendapatkan izin dapat benar-benar bekerja atau melakukan apa yang sesuai dengan perizinan tersebut. Sehubungan dengan hal itu juga pemantauan dapat dilakukan secara periodik dan jika terjadi penyimpangan dapat mengambil tindakan yang tegas sehingga mereka benar-benar patuh dan disiplin dalam pelaksanaannya.

Demikian juga halnya perlu penindakan yang tegas bagi para petugas yang coba-coba menyimpang dari kewenangannya atau melakukan penyelewengan dengan membuat kolusi dengan pihak-pihak terkait tertentu demi kepentingan pribadi.

Untuk penanganan masyarakat tertentu maka perlu adanya pendekatan dengan metode persuasif sehingga apa yang menjadi tujuan kita dapat tercapai. Selain itu perlunya peningkatan kesadartahuan (awareness programme) masyarakat akan pentingnya nilai-nilai lingkungan bagi kelangsungan kehidupan di muka bumi dan umur bumi kita. Sehingga generasi penerus tidak hanya menikmati kerusakan yang diperoleh dari  pendahulunya.
              

produksi bersih (pruduksih)

Program produksi bersih (produksih)
Selamat Pagi, siang, dan malam Negara Indonesia yang tercinta negara yang di huni oleh berbagai aspek. Pada saat ini kami sebagai penulis ingin memberitahukan kabar yang mulai membuat kita sebagai Warga negara Indonesia harus berbangga diri. Yaitu bahwa pada saatt ini di Indonesia telah mulai untuk memperhatikan tentang lingkungan disekitarnya Khususnya di wilayah Kalimantan Timur Di Kota Samarinda Tepatnya di Universitas Mulawarman Fakultas Kehutanan dengan di buatnya program pruduksi bersih yang mana akan sangat menguntungkan bagi semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat yang berada disekitarnya. Adapun pengertian dari produksi bersih yaitu adalah penerapan secara kontinyu strategi pengelolaan lingkungan yang preventif dan terintegrasi
Perlu kita ketahui bahwasanya Lingkungan merupakan faktor penting dalam tatanan kehidupan kita, jika lingkungan disekitar baik maka masyarakat & pemerintah akan merasakan kenyamanan, ketentraman, keindahan yang di dapat pada lingkungan yang tertata dengan baik. Untuk itulah mari kita semua menggerakkan produksi bersih yang sudah ada pada fakultas kehutanan UNMUL bersama masyarakat & pemerintahan

Minggu, 23 Maret 2008


Taman Nasional Kutai
Taman Nasional Kutai merupakan salah satu objek andalan Kabupaten Kutai Timur. TNK memiliki potensi kekayaan flora dan fauna, termasuk diantaranya hewan dan tumbuhan langka yang dilindungi, seperti orang utan, bekantan, dan berbagai anggrek hutan. Di TNK ini terdapat berbagai tipe vegetasi utama seperti hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, dan hutan campuran. Di kawasan ini juga terdapat perwakilan hutan ulin terluas di Indonesia. Dengan potensi kekayaan sumber daya alamnya, TNK menawarkan daya tarik alam baik untuk kegiatan pariwisata alam maupun penelitian dan pendidikan. Untuk sampai ke lokasi Taman Nasional Kutai (TNK) dapat dilakukan dari Samarinda - Bontang melalui jalur darat lebih kurang sekitar 125 km dan meneruskan perjalanan dengan menggunakan perahu motor menuju Teluk Kaba yang memakan waktu lebih kurang 2 jam.
hutan adalah tempat bermacam_macam flora dan fauna untuk hidup. apa yang akan terjadi jika kita merusaknya? kita akan menerima akibat dari kerusakan tersebut. Saat inibanyak sekali terjadi perambahan hutan di wilayah kita yaitu Kalimantan Timur Oleh warga yang datang untuk membuat perumahan walaupun tidak ada sertifikat IMBnya gitu. Ulin dan berbagai jenis kayu lainnya yang masih belum banyak diketahui fungsi dan manfaatnya ditebang habis oleh masyarakat pendatang maupun perusahaan2 liar. Untuk itulah kami mengharapkan pengawas ditempat agar bisa menindak tegas apa yang telah mereka lakukan kalau perlu di robohkan saja itu rumah yang mereka bikin. jangan samapai mereka bangun rumah yang berada di dalam kawasan yang sudah di lindungi atau dikonservasi untuk masa depan kita dan mereka juga . Maaf kalau mungkin agak sedikit mengkritik. TNK contohnya banyak sekali pemukiman penduduk yang membangun disana. apakah pengawas TNK hanya diam saja melihatnya atau apakah perlu bantuan dari kita untuk mengatasi hal tersebut? Lebih baik kita tegas dari pada menyesal nantinya dan yang kena dampak lingkungan adalah kita semua okey?
Brikut adalah gambaran TNK Dijalan Bontang-Sangata:
Mari kita selamatkan hutan ini

Selasa, 18 Maret 2008

sbelumnya kami ucapkan terima kasih kepada para dosen ILPK

 

Untuk kita ketahui!!!!!!!!!

Bahwa jenis hewan di bawah ini adalah, suatu jenis yang hampir punah dan musnah. akankah kita biarkan mereka punah dan akankah masih bisa anak cucu kita bisa melihat mereka secara nyata atau hanya dalam bentuk gambar saja?

   

Rabu, 12 Maret 2008

hari ini qt baru buat blog. jd tolong di kasih saran okey? by faisal